HomeJabar15.000 Kucing Liar di Bandung Dianggap "Pasukan Alami"

15.000 Kucing Liar di Bandung Dianggap “Pasukan Alami”

Jabaran.id – Keberadaan kucing liar di Kota Bandung kerap menjadi perhatian publik, terutama terkait potensi overpopulasi. Namun, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa kucing-kucing tersebut bukan sekadar hewan jalanan, melainkan bagian penting dari ekosistem kota yang berperan sebagai pengendali alami populasi tikus.

Farhan mengungkapkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) telah menjalankan program sterilisasi kucing liar secara rutin untuk mengontrol pertumbuhan populasinya.

“Makanya sekarang DKPP sedang melakukan sterilisasi dan sudah dijalankan sejak puasa lalu,” kata Farhan saat dikonfirmasi mengenai langkah penanganan kucing liar di Bandung.

Meski program ini telah berjalan, Pemkot Bandung tidak melakukan publikasi besar-besaran. Farhan menjelaskan, pihaknya lebih memfokuskan upaya sterilisasi secara konsisten.

- Advertisement -

“Iya, tapi memang kita tidak melakukan publikasi besar-besaran. Sejak bulan puasa, saya dapat laporan mereka (DKPP) melakukan dengan sangat rutin, kucing liar disterilisasi,” tegasnya.

Farhan menekankan bahwa keberadaan kucing liar justru memberikan manfaat bagi kota. Menurutnya, hewan-hewan ini berperan penting dalam mencegah ledakan populasi tikus yang dapat menjadi masalah serius.

“Enggak (mengganggu), kita lihat bahwa keberadaan kucing liar bagian dari ekosistem kita. Saya lihat banyak kelompok masyarakat mencintainya, dan berguna untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjadi ledakan populasi tikus,” ujarnya.

Data DKPP Kota Bandung pada 2022 mencatat sekitar 15.000 kucing liar berkeliaran di wilayah tersebut. Wilsandy Saefulloh, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP, menjelaskan bahwa tanpa pengendalian, satu induk kucing dapat berkembang biak menjadi puluhan ekor dalam setahun.

Meski data terbaru belum tersedia, DKPP mengasumsikan populasi kucing liar saat ini cenderung mengarah pada overpopulasi. Oleh karena itu, program sterilisasi digencarkan untuk mencegah pertumbuhan yang tidak terkendali.

“Cuma dalam proses penanganannya, kita harus berasumsi bahwa ini overpopulasi. Dengan begitu, ini jadi program yang fokus dan serius untuk penanganannya, karena kita kejar-kejaran waktu juga dengan proses asumsi kelahiran kucing,” papar Wilsandy. (*)

TERBARU

spot_img

POPULER

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here