Jabaran.id, Depok – Eka Hospital Depok gelar edukasi mengenai Keloid, penyebab, penanganan serta cara mencegahnya bersama dokter spesialis bedah plastik, Narottama Tunjung Hariwangsa.
Narottama menjelaskan, Keloid merupakan salah satu bekas luka menonjol yang terkadang berukuran cukup besar. Walau menyerupai benjolan, seringnya keloid bukanlah sesuatu yang membahayakan.
Namun, beberapa orang mungkin menjadi tidak percaya diri, terutama ketika keloid muncul di area yang dapat terlihat oleh siapa pun.
Dokter Narottama menambahkan, Keloid merupakan jenis bekas luka yang menonjol. Ukurannya bahkan bisa lebih besar daripada luka awal itu sendiri. Pada awalnya, keloid mungkin berukuran kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, bekas luka keloid ini bisa semakin membesar. Hal ini bisa memakan waktu bulanan atau tahunan.
Meski kesannya bekas luka ini “bertumbuh”, keloid sering kali tidak bersifat ganas. Namun, keloid juga jarang yang bisa hilang dengan sendirinya. Dokter dapat merekomendasikan pemberian obat atau pembedahan jika lokasi munculnya keloid mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Sesungguhnya, untuk mengenali keloid cukup sederhana. Keloid seringnya tumbuh di bekas luka. Artinya, jika sebelumnya tidak ada luka, tapi muncul bekas yang menonjol, kemungkinan itu bukanlah keloid,” terangnya.
Bekas luka yang jadi keloid bisa memiliki ciri-ciri, seperti berbentuk bulat, oval, atau lonjong. Menonjol dan tampak tegas dibandingkan kulit di area sekitarnya. Bekas luka umumnya berbeda dan lebih gelap dibandingkan warna kulit asli, seperti pink, kemerahan, ungu, atau cokelat. Permukaannya dapat tampak licin dan mengilap ataupun berkerut. Bertekstur keras atau lembut. Memiliki ukuran yang bervariasi dan Terasa gatal.
Beberapa orang juga menyebutkan saat keloid bertumbuh, mereka merasakan sakit atau sensasi terbakar. Iritasi di sekitar batas keloid juga mungkin terjadi karena gesekan dengan pakaian.
“Bekas luka keloid muncul ketika tubuh memproduksi kolagen lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh untuk memulihkan luka,” ungkapnya.
Normalnya, saat terjadi luka, kolagen akan membantu menutup kembali permukaan kulit yang terbuka. Namun, jika jumlahnya terlalu banyak, muncullah keloid. Hingga kini, tidak diketahui secara pasti mengapa keloid dapat terbentuk, tapi riwayat keluarga turut berkontribusi.
Keloid juga dapat muncul pada bekas luka yang terinfeksi, dan pada luka yang terdapat pada lokasi yang sering bergerak seperti lengan atas, punggung, dan dada. Keloid dapat muncul dari bekas luka apa pun, seperti Jerawat, Luka bakar, Gigitan serangga, Cacar air, Bekas tindikan, Luka bekas operasi, Bekas vaksin, Luka gores ringan.
“Pada dasarnya, keloid dapat muncul di mana pun, ketika terjadi bekas luka. Namun, keloid lebih sering dijumpai di beberapa area yaitu Perut (abdomen), Punggung, Dada, Telinga, Rahang, Bahu, Komplikasi Keloid,” ujarnya.
Sebenarnya, keloid bukanlah kondisi yang berbahaya. Namun, tetap ada beberapa dampak negatif atau komplikasi yang terjadi saat memiliki keloid, yaitu Bekas luka yang menggelap karena paparan sinar matahari, Rasa sakit yang muncul terus akibat bekas luka keloid terus tumbuh dan membesar, Timbul luka berulang pada keloid sehingga terjadi infeksi dan dapat mengeluarkan nanah.
Dokter umumnya dapat mengenali apakah bekas luka menonjol yang pasien miliki itu keloid atau bukan. Namun, dalam beberapa kasus, mungkin saja dokter akan meminta biopsi untuk memastikan sifat pertumbuhan jaringan kulit.
“Penanganan keloid tidak selalu melibatkan pembedahan. Pembedahan adalah opsi yang diambil jika metode pengobatan lainnya tidak mampu menghilangkan keloid,” jelasnya.
Berikut ini adalah beberapa opsi pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi keloid yaitu penggunaan obat-obatan, baik dalam bentuk salep atau injeksi, Laser, rioterapi (menggunakan energi dingin untuk mematikan jaringan), Menggunakan pakaian ketat untuk memberikan tekanan pada keloid, Radioterapi (menggunakan radiasi dosis rendah untuk menekan pertumbuhan keloid).
“Operasi merupakan pilihan terapi jika keluhan yang berkaitan dengan keloid tidak kunjung mereda dengan pengobatan nonoperasi, dan dapat dilakukan pada keloid yang berukuran lebih besar,” ucapnya.
Meskipun orang yang memiliki keloid cenderung punya “bakat” untuk memiliki keloid lagi di kemudian hari, dengan teknik pembedahan yang mutakhir dan tepat, keloid dapat diobati.
“Untuk itu, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui metode pengobatan apa yang paling tepat dengan mempertimbangkan segala risiko dan manfaatnya,” tuturnya.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, terutama jika itu berhubungan dengan keloid. Jika memiliki kecenderungan mengalami keloid, ada beberapa hal yang sebaiknya Anda lakukan untuk menurunkan risiko keloid, seperti Mencegah terjadinya luka dengan memakai alat pelindung, Tidak menindik atau tato, Melakukan perawatan luka dan bekas luka secara rutin sesuai anjuran dokter, contohnya dengan menggunakan salep yang tepat dan sesuai anjuran.
Menjaga kebersihan area luka dan bekas luka, Menggunakan perban silikon gel atau penutup pada bekas luka setelah cedera atau trauma, untuk menekan luka dan menghindari gesekan pada bekas luka, Tidak memegang dan manggaruk luka dan bekas luka dengan tangan kotor. Menjaga pola hidup sehat dan ideal, seperti olahraga teratur, menjaga nutrisi dengan baik, tidak merokok dan tidak minum alkohol.
“Anda juga bisa menggunakan tabir surya untuk mencegah keloid semakin menghitam dan mempertegas tampilannya,” tegasnya.
Mengobati keloid tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Sebab, salah pengobatan justru berpotensi menimbulkan keloid baru. Penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah plastik demi mengetahui opsi apa saja yang tersedia.
Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah plastik, Eka Hospital Depok dr. Narottama Tunjung Hariwangsa, Sp.BP-RE, Subsp. LBL(K).
“Hubungi Call Center kami di 1500129 atau layanan WhatsApp kami di 08891500129 untuk membuat janji temu atau informasi lain terkait dokter spesialis kami di cabang Eka Hospital lainnya,” tutupnya.(*)
