Jabaran.id – Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) saat ini berada di persimpangan jalan yang kritis, di mana keputusan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) mengenai kasus dokumen palsu pemain naturalisasi justru membawa bayang-bayang risiko besar terhadap masa depan Timnas Malaysia, khususnya dalam perjalanan menuju Piala Asia 2027. Langkah ini merupakan eskalasi terakhir setelah upaya banding sebelumnya ditolak oleh Komite Banding FIFA.
Akar persoalan ini bermula pada September 2025, ketika FIFA secara resmi menjatuhkan hukuman denda terhadap FAM. Hukuman tersebut juga mencakup denda dan skorsing bagi tujuh orang pemain yang teridentifikasi menggunakan dokumen asal-usul palsu. Tujuh pemain yang dimaksud adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garcas, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serran, yang semuanya pernah memperkuat Timnas Malaysia dalam laga kualifikasi Piala Asia 2027.
Dilansir dari Berita Harian, langkah FAM untuk terus membawa kasus ini ke CAS dinilai dapat menjadi bumerang. Kekalahan dalam proses banding di CAS berpotensi membuka pintu bagi Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk menjatuhkan sanksi tambahan yang lebih berat, yang secara langsung dapat menghancurkan peluang Harimau Malaya tampil di Piala Asia 2027.
Ahli sepak bola Asia, Effendi Jagan Abdullah, yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Action Football Asia, mengonfirmasi risiko tersebut. Ia menjelaskan bahwa AFC, sebagai penyelenggara kompetisi, berwenang penuh untuk mengambil tindakan lebih lanjut berdasarkan peraturan mereka.
“Tindakan tersebut mungkin bisa jadi pengurangan poin atau semacamnya, tetapi kita belum tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan,” ujar Effendi.
Ia lebih lanjut mengingatkan preseden yang telah terjadi, mereka pernah ada kasus serupa, jadi kemungkinan mereka mengikuti yang dilakukan terhadap Timor Leste.
Kasus Timor Leste yang dirujuk Effendi menjadi contoh nyata yang mencemaskan. Pada peristiwa tersebut, Asosiasi Sepak Bola Timor Leste (FFTL) dihukum setelah Sekretaris Jenderalnya, Amandio de Araujo, terbukti memalsukan dokumen kewarganegaraan pemain. Akibatnya, AFC memberikan sanksi dengan membatalkan semua pertandingan yang melibatkan dua belas pemain bermasalah, yang pada akhirnya menggagalkan partisipasi Timor Leste dalam kualifikasi Piala Asia 2024.
Effendi memaparkan implikasi fatal yang akan dihadapi Malaysia jika sanksi serupa diterapkan. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kualifikasi saat ini, tetapi juga merusak peringkat dan reputasi sepak bola Malaysia dalam jangka menengah.
“Jika itu terjadi, tidak ada peluang untuk lolos ke Piala Asia 2027. Implikasinya sangat besar karena ketika pertandingan dibatalkan dan poin dikurangi, peringkat Harimau Malaya juga akan terpengaruh,” tuturnya.
Pendapat senada diungkapkan oleh pengamat sepak bola Malaysia ternama, Datuk Christopher Raj. Ia menjadikan kasus Timor Leste sebagai rujukan utama bagi AFC dalam menangani kasus serupa.
“Jika menyangkut kasus penggunaan pemain yang tidak memenuhi syarat, poin memang akan dikurangi dan tim lawan akan diberi tiga poin. Hal ini sudah tercantum dalam peraturan AFC dan bukan hal baru,” jelas Christopher.
Ia menambahkan bahwa langkah selanjutnya sepenuhnya bergantung pada keputusan lembaga resmi AFC, “Jika kita berbicara tentang tindakan lanjutan, tindakan yang akan diambil selanjutnya, kita harus menunggu hingga Komite Disiplin AFC bersidang.”
Dengan demikian, proses banding FAM di CAS bukan sekadar upaya hukum biasa, melainkan sebuah langkah berisiko tinggi yang menentukan nasib sepak bola Malaysia. Kekalahan di CAS akan memberikan mandat penuh kepada AFC untuk menjatuhkan sanksi yang bisa berujung pada pembatalan pertandingan, pengurangan poin, dan pada akhirnya, menutup pintu Piala Asia 2027 bagi Harimau Malaya. (*)
