Jabaran.id – SDN Rangkapanjaya menjadi sorotan dalam kunjungan Tim Penilaian Sekolah Ramah Anak, memperlihatkan komitmen nyata dalam mewujudkan visinya sebagai sekolah yang ‘Berakhlak Mulia, Sehat, dan Berprestasi’. Dengan 791 siswa yang tersebar di 24 rombongan belajar, sekolah yang berlokasi di Jalan Caringin, Kelurahan Rangkapanjaya, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok ini, berupaya keras menciptakan lingkungan yang tidak hanya mendukung akademik, tetapi juga memastikan kesejahteraan psikologis dan sosial setiap anak.
Kepala SDN Rangkapanjaya, Yudhalia, memaparkan filosofi mendasar dari Sekolah Ramah Anak. Menurutnya, konsep ini adalah satuan Pendidikan yang menjamin untuk memenuhi hak anak atas Pendidikan, perlindungan, partisipasi dalam suasana yang aman, bersih, sehat, dan menyenangkan.
Ia menjelaskan bahwa pondasi dari semua ini terletak pada empat prinsip utama, yaitu anti kekerasan dan diskriminasi, partisipasi, inklusif, dan adaptif, kemudian menumbuhkan empati dan tanggungjawab, serta yang terakhir adalah mengintegrasikan nilai-nilai yang ada pada Dimensi Profil Lulusan.
“Mewujudkan ini semua bukanlah tugas yang bisa dilakukan sekolah sendirian, melainkan memerlukan kolaboratif antara kepala sekolah, guru, orang tua, dan warga sekitar,” jelasnya.
Bukti komitmen tersebut dapat dilihat dari berbagai inisiatif yang dijalankan. Sekolah ini bermitra dengan puskesmas dan memiliki fasilitas Unit Kesehatan Sekolah (UKS) serta toilet terpisah untuk siswa putra dan putri. Program unggulan seperti kegiatan Si Bersih (Siswa Bersih Semangat dan Indah) turut mendorong budaya hidup bersih.
Salah satu terobosan paling menarik adalah program Satria Raja (Siswa Aktif, Terampil Inovatif, dan Amanah Rangkapanjaya). Siswa ini bertugas untuk menjadi penegak disiplin serta mengingatkan hal-hal kebaikan dalam diri siswa.
“Program ini, yang merupakan bagian dari “program tutor sebaya. Menciptakan dinamika positif di mana siswa saling mengisi tentang kebaikan dengan sesama siswa yang lainnya, membangun disiplin dari kesadaran kolektif, bukan dari paksaan,” tuturnya.
Salah satu Tim Penilai Sekolah Ramah Anak, Wawan Hermawan, memberikan apresiasi sekaligus penekanan pada beberapa aspek krusial. Ia menyoroti peran sentral guru dalam menciptakan keamanan, dengan tegas menyatakan bahwa guru harus menjadi agen sekolah untuk memutus mata rantai bullying.
“Sarana prasarana harus aman dan nyaman. Fasilitas sanitasi tentunya harus bersih dan dipisah baik siswa putra putri dan juga guru,” katanya.
Lebih dari itu, Wawan menggarisbawahi pentingnya pendekatan pendidikan yang personal dan berpusat pada anak.
“Setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang maksimal,” ujarnya.
Ia memberi contoh, guru harus peka bahwa bisa saja siswa yang kelas III tetapi ternyata sudah memiliki kemampuan kelas V, dan guru harus memahami hal tersebut. Pendekatan ini, menurutnya, juga harus tercermin dalam ekstrakurikuler yang tidak hanya berfokus pada keterampilan, tetapi juga pada pencapaian pembentukan karakternya.
Poin terpenting yang ditegaskan Wawan adalah sifat berkelanjutan dari Sekolah Ramah Anak. Sekolah Ramah Anak tidak hanya ada saat penilaian, tetapi bersifat berkelanjutan. Ia menggambarkan sekolah sebagai ‘rumah kedua bagi siswa’ yang memerlukan komitmen kuat antara orang tua dan sekolah. Dalam hal kedisiplinan,
“Jangan sampai ada hukuman baik lisan atau tindakan untuk siswa. Hukuman tidak ada yang mendidik,” katanya dengan tegas.
Solusinya adalah dengan menerapkan tata tertib dan konsekuensi. Sebagai contoh, untuk masalah keterlambatan, sisa tidak boleh dipulangkan, karena haknya adalah bersekolah.
“Sebaliknya, yang diperlukan adalah kerjasama antara sekolah dengan orang tua bagaimana membuat solusi agar tidak ada keterlambatan siswa masuk sekolah,” ,” tegasnya.
Melalui sinergi antara kepemimpinan sekolah yang visioner, program siswa yang memberdayakan, dan panduan dari tim penilai, SDN Rangkapanjaya sedang membangun fondasi yang kokoh untuk menjadi “rumah kedua” yang benar-benar menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak setiap anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. (*)
