Jabaran.id – Berdasarkan simulasi komputer super yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Toho Jepang, diprediksi bahwa Matahari akan menghancurkan semua kehidupan di Bumi paling lambat pada tahun 1.000.002.021. Prediksi ini sejalan dengan pemahaman ilmiah bahwa Matahari akan berevolusi menjadi bintang raksasa merah di akhir siklus hidupnya, suatu proses yang akan mengakhiri keberadaan planet-planet terdekat termasuk Bumi.
Proses penghancuran kehidupan di Bumi ini sebenarnya akan terjadi secara bertahap jauh sebelum Matahari mencapai fase raksasa merah. Menurut penelitian tersebut, dalam kurun waktu satu miliar tahun mendatang, kondisi Bumi akan semakin tidak layak huni akibat peningkatan intensitas radiasi Matahari. Energi termal yang meningkat drastis akan menyebabkan suhu permukaan Bumi naik secara eksponensial, disertai dengan penurunan kadar oksigen dan memburuknya kualitas udara secara signifikan.
Fenomena ini sebenarnya sudah dapat diamati gejalanya saat ini melalui aktivitas Matahari seperti solar flare dan lontaran massa koronal yang semakin intens. Badai Matahari yang terjadi saat ini saja sudah mampu mengganggu sistem komunikasi radio, operasi satelit, dan jaringan GPS. Di masa depan, intensitas radiasi ini diprediksi akan mencapai level yang mematikan bagi semua organisme hidup.
Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa umat manusia mungkin tidak akan mengalami kepunahan pada saat itu jika perkembangan teknologi berlanjut pada tingkat seperti sekarang. Elon Musk, melalui pernyataannya di Space.com, menyatakan keyakinannya bahwa manusia perlu menjadi peradaban antarplanet sebelum Bumi menjadi tidak layak huni. Musk memperkirakan kita memiliki waktu sekitar 450 juta tahun sebelum Bumi menjadi terlalu panas untuk ditinggali.
SpaceX, perusahaan antariksa yang didirikan Musk, saat ini sedang mengembangkan Starship – roket terbesar dan terkuat yang pernah dibuat – untuk memungkinkan kolonisasi Mars. Hingga tahun 2025, Starship telah melakukan delapan penerbangan uji coba dengan tingkat keberhasilan yang terus meningkat. Dua misi uji terakhir pada Januari dan Maret 2025 menunjukkan kemajuan signifikan, meskipun masih ada tantangan teknis yang harus diatasi.
Prediksi ilmiah ini memberikan gambaran jelas tentang masa depan tata surya kita, sekaligus menekankan pentingnya pengembangan teknologi antariksa sebagai upaya mempertahankan kelangsungan peradaban manusia. Sementara waktu yang tersedia masih sangat panjang dalam skala peradaban manusia, penelitian semacam ini memberikan perspektif penting tentang evolusi bintang dan nasib planet-planet dalam sistem tata surya. (*)