Jabaran.id – Dalam rangka memperingati Hari Literasi Nasional, SMPN 2 Depok bersama Persatuan Alumni SMPN 2 Depok (Persada) menggelar sebuah lokakarya digital bertajuk ‘Mempromosikan Literasi di Era Digital’. Acara ini menjadi momentum penting untuk membekali para siswa dengan kemampuan yang krusial di tengah perkembangan teknologi.
Kepala SMPN 2 Depok, Sumarno, menjelaskan bahwa lokakarya ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan yang telah dimulai sejak bulan sebelumnya, termasuk lokakarya fotografi.

“Rangkaian dari bulan lalu ada fotografi, dan hari ini ada perayaan Hari Literasi Nasional,” kata Sumarno. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi ajang bagi para siswa untuk belajar langsung dari para alumni yang telah sukses di bidangnya.
“Hari ini siswa belajar dari alumni-alumni seperti narasumber dan para pelaksananya,” imbuhnya.
Pranata Humas Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Depok, Rita Nurlita, dalam materinya menegaskan bahwa literasi kini tidak lagi sebatas membaca, menulis, dan berhitung. Di era digital yang semakin canggih, literasi telah merambah ke dunia digital.
“Jadi, harus bisa memahami dan mengevaluasi, mencerna terlebih dahulu terhadap informasi yang didapat atau diterima,” ujar Rita.
Ia menekankan bahwa literasi digital mencakup kemampuan untuk menggunakan informasi secara bijak demi meningkatkan prestasi dan bakat diri sendiri serta orang lain. Menurut Rita, ada empat pilar penting literasi digital yang harus dikuasai. Pertama, keterampilan digital (digital skill), yaitu kemampuan dasar yang sudah dimiliki banyak anak-anak saat ini. Kedua, budaya digital (digital culture), yang mencakup budaya dalam kehidupan sehari-hari saat berinteraksi dengan teknologi. Ketiga, etika digital (digital ethics), yang mengajarkan kita untuk bijak dan mencari manfaat dari penggunaan teknologi. Terakhir, keamanan digital (digital safety), yaitu pemahaman tentang hal-hal yang aman untuk dibagikan di internet dan mana yang tidak.
Sementara itu, Gilang Mulyana, alumni SMPN 2 Depok angkatan tahun 2000, memberikan pandangan tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI). Ia mengingatkan agar penggunaan AI tidak dilakukan terlalu sering.
“AI jangan digunakan terlalu sering, bisa ketergantungan dan membuat diri menjadi tidak terlatih berpikir,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya literasi karena profesi seperti prompt engineer di masa depan akan memiliki bayaran yang tinggi. Menurutnya, manusia harus menjadi pengendali dunia digital, bukan sebaliknya. Peningkatan literasi digital ini menjadi kunci agar generasi muda mampu memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa kehilangan kemampuan berpikir kritis dan kebijaksanaan.
“Dengan memahami literasi, kita menjadi tahu apa yang akan dilakukan. Digital itu adalah alat, jangan mau dipermainkan digital, tetapi mainkanlah digital,” ucapnya. (*)
