HomeJabarWaspada Cacar Monyet, Begini Penjelasan dari Praktisi Medis

Waspada Cacar Monyet, Begini Penjelasan dari Praktisi Medis

Jabaran.id, Depok – Pada 23 Juli 2022, kasus Monkeypox atau cacar monyet ditetapkan oleh WHO sebagai PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) atau merupakan situasi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

Keadaan tersebut dinyatakan berakhir pada 11 Mei 2023 dengan total estimasi kasus ter konfirmasi sebanyak 90.618 orang dan tercatat 157 orang meninggal akibat mpox  di 115 negara yang terkena wabah.

Indonesia melaporkan kasus cacar monyet pertama kali pada 20 Agustus 2022 sebanyak 1 kasus, dan sejak 14 Oktober 2023 Indonesia Kembali melaporkan kasus mpox, tanpa ada riwayat perjalanan ke negara terjangkit.

Menurut praktisi medis, dr. Dayu Satriani SpPK, cacar monyet merupakan emerging zoonosis yang disebabkan monkeypox virus (MPXV), anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae.

“Secara klinis mpox sangat mirip dengan cacar air yang telah eradikasi sejak tahun 1980 an namun pada cacar air tidak ditemukan gejala pembesaran kelenjar getah bening,” tutur Dayu.

Kata dr. Dayu, cacar Monyet umumnya bergejala ringan dan dapat sembuh dalam 3-4 minggu tergantung imunitas penderita.

“Sedangkan yang memiliki prognosis buruk jika tertular adalah anak-anak, wanita hamil dan orang dengan sistem imun yang lemah,” katanya.

Adapun gejala yang dapat timbul pada penderita cacar monyet cukup bervariasi, seperti lesi ruam, di mana lesi sering terjadi di daerah genital, anorektal atau di dalam mulut dan biasanya berawal dari wajah dan atau genital.

Kemudian ruam tidak selalu menyebar di banyak tempat di tubuh, ruam mungkin terbatas pada beberapa lesi atau hanya satu lesi, ruam tidak selalu muncul di telapak tangan dan telapak kaki.

“Dan lesi sering digambarkan sebagai nyeri kecuali saat penyembuhan (menjadi gatal),” papar dr. Dayu.

Selanjutnya timbul gejala rektal/dubur, misalnya,  tinja  bernanah  atau  berdarah,  nyeri atau pendarahan dubur, serta demam dan gejala prodromal lainnya dapat terjadi sebelum ruam tetapi dapat juga terjadi setelah ruam atau tidak ada sama sekali.

“Semua orang berisiko untuk dapat tertular dan menularkan mpox tidak terbatas pada kelompok tertentu walaupun mayoritas penderita mpox di Jakarta adalah pria usia 25-35 tahun,” terang dr. Dayu.

Sedangkan, anggota masyarakat yang berisiko tertular cacar monyet, seperti orang yang tinggal atau memiliki riwayat perjalanan ke daerah terjadinya wabah mpox, LSL, dan kontak erat.

“Karena itu semua orang wajib melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat , berperilaku seks yang aman, gunakan kondom secara konsisten, bersikap setia dan terbuka kepada pasangan, rajin cuci tangan pakai sabun gunakan masker, dan lain-lain,” jelas dr. Dayu.

Jika terdapat gejala cacar monyet, ia menyarankan penanganan awal kasus mpox bersifat simptomatis dan terapi suportif, dengan prinsip terapi, seperti meringankan keluhan, mempercepat penyembuhan lesi, mencegah demam, mengurangi kehilangan cairan, mengurangi nyeri, mencegah timbul jaringan parut dan mencegah terjadinya infeksi sekunder disertai isolasi segera pada penemuan kasus

“Segera ke RS jika alami gejala atau kontak erat dengan penderita dan jangan khawatir, dukungan psikososial dapat disediakan untuk penderita selama perawatan setelah keluar dari ruang isolasi,” ucap dr. Dayu. (*)

TERBARU

spot_img
spot_img

POPULER

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here