HomeGameTencent Berencana Akuisisi Pencipta Assassin’s Creed

Tencent Berencana Akuisisi Pencipta Assassin’s Creed

Jabaran.id – Perusahaan teknologi raksasa asal Tiongkok, Tencent, dilaporkan sedang dalam proses pembicaraan untuk mengakuisisi salah satu pengembang game terbesar di dunia, Ubisoft, yang dikenal sebagai pencipta seri permainan Assassin’s Creed. Rencana ini menjadi sorotan industri game global, karena Tencent dikabarkan akan menggandeng keluarga Guillemot, pendiri Ubisoft, dalam proses akuisisi tersebut.

Mengutip laporan dari *Bloomberg News*, langkah Tencent yang tertarik mencaplok Ubisoft telah membawa dampak signifikan pada harga saham perusahaan game asal Prancis tersebut. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga saham Ubisoft meroket hingga 30 persen, memberikan sinyal positif bagi para investor yang sebelumnya khawatir dengan kondisi perusahaan.

Rencana pembelian saham besar-besaran oleh Tencent ini dinilai sebagai langkah strategis yang dapat memberikan “angin segar” bagi Ubisoft, yang selama beberapa tahun terakhir mengalami tekanan dari sisi performa keuangan. Saham Ubisoft dilaporkan telah mengalami penurunan hampir setengah dari nilainya dalam setahun terakhir, membuat kondisi perusahaan semakin rentan di pasar.

Salah satu opsi yang dibicarakan dalam rencana akuisisi ini adalah kerja sama antara Tencent dan keluarga Guillemot untuk menarik Ubisoft dari bursa saham, sehingga Ubisoft kembali menjadi perusahaan tertutup. Langkah ini diyakini dapat memberikan fleksibilitas lebih besar bagi Ubisoft dalam mengembangkan proyek-proyek game terbarunya tanpa tekanan dari pasar saham.

- Advertisement -

Namun, hingga saat ini baik Tencent maupun Ubisoft belum memberikan pernyataan resmi terkait rumor akuisisi ini. Dalam sebuah pernyataan singkat, Ubisoft menolak memberikan komentar, sementara Tencent juga memilih untuk tidak menanggapi spekulasi yang beredar di media.

Kinerja saham Ubisoft yang lesu tidak lepas dari kekhawatiran investor mengenai kurangnya game dengan kualitas tinggi, atau yang dikenal sebagai game *Triple-A*, yang tengah dikembangkan oleh perusahaan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Ubisoft tampak tertinggal dibandingkan dengan pengembang game lainnya dalam hal peluncuran game *blockbuster*.

Pekan lalu, Ubisoft bahkan mengumumkan penundaan peluncuran salah satu game yang paling dinantikan dari seri Assassin’s Creed terbaru, yang berjudul **Assassin’s Creed Shadows**. Game ini awalnya direncanakan akan diluncurkan pada akhir tahun ini, namun tertunda selama tiga bulan dan baru akan dirilis pada 14 Februari 2025. Penundaan ini datang di tengah penjualan yang lambat dari game terbaru Ubisoft lainnya, **Star Wars Outlaws**, yang dirilis pada bulan Agustus namun belum berhasil memenuhi ekspektasi pasar.

Tak hanya itu, Ubisoft juga telah merilis proyeksi pendapatan yang lebih rendah untuk tahun depan, semakin memperkuat kekhawatiran investor mengenai masa depan perusahaan tersebut di industri game global yang sangat kompetitif.

Saat ini, Tencent sudah memiliki sekitar 10 persen saham Ubisoft, yang menunjukkan bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok ini sudah memiliki minat yang kuat terhadap perusahaan tersebut. Tencent dikenal sebagai salah satu pengembang dan penerbit game mobile terbesar di dunia, dengan kesuksesan game *Honor of Kings* sebagai salah satu bukti dominasinya di sektor tersebut. Sukses di sektor game mobile tampaknya menjadi daya tarik tersendiri bagi Ubisoft untuk berkolaborasi dengan Tencent dalam memperluas jangkauan pasarnya.

Meski demikian, permasalahan yang dialami Ubisoft sebenarnya bukanlah hal yang unik. Banyak pengembang game besar lainnya juga mengalami tantangan yang sama, terutama setelah masa pertumbuhan pesat industri game yang didorong oleh pandemi Covid-19 mulai melambat.

Menurut laporan terbaru, pertumbuhan pasar game global diproyeksikan hanya mencapai 2,1 persen pada 2024. Angka ini jauh di bawah pertumbuhan dua digit yang terjadi selama masa pandemi, ketika permintaan terhadap game meningkat secara drastis. Tren ini menjadi perhatian serius bagi banyak perusahaan di industri ini, yang harus beradaptasi dengan preferensi gamer yang berubah serta kondisi ekonomi global yang kurang stabil.

James Lockyer, seorang analis dari Peel Hunt, menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri game saat ini adalah kecenderungan para gamer untuk lebih memilih bermain game lama dibandingkan membeli game baru.

“Banyaknya pilihan game yang tersedia, ditambah dengan masalah biaya hidup yang meningkat, membuat konsumen semakin berhati-hati dalam membelanjakan uangnya untuk game baru. Akibatnya, pendapatan dan tingkat pengembalian investasi dari setiap judul game sering kali berada di bawah ekspektasi,” ujar Lockyer dalam sebuah wawancara dengan CNBC International.

Dengan kondisi seperti ini, tantangan bagi perusahaan seperti Ubisoft dan Tencent adalah bagaimana mereka bisa menarik kembali minat konsumen untuk membeli game baru, di tengah persaingan yang semakin ketat dan pasar yang tumbuh lebih lambat. (*)

TERBARU

spot_img

POPULER

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here