Jabaran.id – Banyak wilayah di Jawa Barat memiliki nama yang diawali dengan kata ‘Ci’, seperti Cihampelas, Cibiru, Cipaganti, dan Cinambo. Pola penamaan ini bukanlah kebetulan, melainkan memiliki akar sejarah yang erat kaitannya dengan geografi dan kehidupan masyarakat Sunda di masa lalu. Kata ‘Ci’ atau ‘Cai’ dalam bahasa Sunda berarti ‘air’ atau ‘sungai‘, menunjukkan betapa pentingnya sumber air dalam pembentukan pemukiman dan identitas suatu daerah.
Pada masa lalu, masyarakat Sunda cenderung membangun pemukiman di dekat sumber air, seperti sungai, mata air, atau rawa. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan dasar akan air bersih untuk minum, mandi, irigasi pertanian, serta transportasi. Oleh karena itu, penamaan daerah dengan awalan ‘Ci’ menjadi cara untuk menandai lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber air.
T Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia, menjelaskan bahwa dahulu kawasan Bandung dan sekitarnya memiliki banyak hutan yang terjaga, sehingga pasokan air melimpah sepanjang tahun. “Pada awalnya, di Jawa Barat—umumnya di Cekungan Bandung—sumber air berlimpah karena hutannya terjaga. Hutan di sekeliling Cekungan Bandung yang lestari membuat mata air selalu ada,” ujarnya, seperti dikutip dari situs Pemerintah Kota Bandung.
Meski banyak daerah di Jawa Barat masih menggunakan awalan ‘Ci’, beberapa di antaranya sudah tidak lagi memiliki aliran sungai atau sumber air yang signifikan. Salah satu contohnya adalah Cihampelas, sebuah kawasan perkotaan di Bandung yang kini lebih dikenal sebagai pusat perbelanjaan. Nama ‘Cihampelas‘ berasal dari kata ‘Ci’ (air) dan ‘Hampelas‘ (jenis pohon yang dulu tumbuh di sekitar sungai di daerah tersebut). Meski sungainya sudah tidak terlihat, nama itu tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas sejarah.
Contoh lain adalah Cibiru, yang konon dinamai berdasarkan pohon yang mengeluarkan cairan berwarna biru. Meski kebenaran cerita ini masih diperdebatkan, nama tersebut tetap melekat sebagai warisan budaya. Sementara itu, Cipaganti di Bandung memiliki makna historis terkait masa kolonial Belanda. Kata ‘Paganti‘ berarti ‘mengganti‘, merujuk pada upaya pemindahan pusat pemerintahan oleh Belanda pada masa itu.
Meski Jawa Barat dahulu dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber air, kondisi ini mulai berubah sejak tahun 1970-an akibat pembangunan masif dan penggundulan hutan. Bachtiar menegaskan bahwa hilangnya hutan mengakibatkan berkurangnya resapan air, sehingga beberapa mata air mengering.
“Pohon berfungsi mengikat tanah dan menahan air. Ketika hutan berkurang, mata air pun ikut menghilang,” ujarnya.
Wilayah Cinambo, misalnya, dahulu merupakan daerah rawa dengan banyak sungai seperti Cilutung, Ciburuy, Cipager, dan Ciwaru. Namun, seiring perkembangan kota, kondisi geografisnya berubah. Nama ‘Cinambo‘ sendiri berasal dari kata ‘nambo‘ atau ‘nambeu‘ dalam bahasa Sunda, yang berarti genangan air atau bekas dasar sungai.
Daftar Beberapa Wilayah di Jawa Barat dengan Awalan ‘Ci’ dan Maknanya
1. Cihampelas – Dahulu merupakan daerah dengan banyak aliran sungai yang dikelilingi pohon hampelas.
2. Cibiru – Terkait legenda pohon yang mengeluarkan cairan biru.
3. Cipaganti – Berasal dari kata ‘paganti‘ (mengganti), terkait sejarah pemindahan pusat pemerintahan masa kolonial.
4. Cinambo – Berasal dari kata ‘nambo‘ (genangan air), merujuk pada bekas rawa dan sungai yang pernah ada.
Meski beberapa wilayah sudah kehilangan ciri fisik aslinya, nama-nama berawalan ‘Ci’ tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas budaya Sunda. Pola penamaan ini tidak hanya mencerminkan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga menjadi bukti sejarah perkembangan permukiman di Jawa Barat.
Dengan memahami asal-usul nama-nama ini, masyarakat dapat lebih menghargai warisan ekologi dan budaya yang terkandung di dalamnya. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah menjaga kelestarian sumber air agar nama-nama tersebut tidak hanya menjadi kenangan, tetapi tetap sesuai dengan realitas geografis yang ada. (*)
