Jabaran.id, Jakarta – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berencana mengadakan Muktamar ke-X pada pertengahan tahun 2025.
Salah satu tujuan dari kegiatan muktamar ini yaitu menentukan Ketua Umum dari partai berwarna hijau dan berlogo Kabah tersebut.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang PPP Jakarta Pusat, Dadya Manggala mengatakan, diharapkan Muktamar ke-X bisa menjadi momentum kebangkitan suara partai di 2029.
“Acara muktamar ini bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan PPP menghadapi Pemilu 2029,” ucap Dadya saat ditemui di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Dadya menuturkan, besar harapannya Muktamar nanti dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan perpecahan baru.
“Sekarang saatnya kader, pengurus, dan seluruh elemen partai bersatu padu dan bersinergi membesarkan kembali PPP,” ungkapnya.
Akan tetapi, mengenai calon Ketua Umum, Dadya mengaku harus tegas, pasalnya seharusnya sosok tersebut berasal dari internal partai.
Ia menyindir manuver sebagian elite PPP yang mendorong nama-nama dari luar partai.
“Kenapa sih para elite ngasong PPP ke mana-mana? Siapa saja dirayu untuk ambil alih PPP. Ada nama Jenderal Dudung, Pak Amran (Mentan), dan beberapa nama lainnya. Seolah-olah PPP ini murah banget,” terang Dadya.
Dadya menegaskan, seperti calo saja, PPP didagangkan terus. Bukannya memikirkan bagaimana PPP bisa bangkit di Pemilu nanti, kok malah para elite sepertinya sibuk buka lapak. Ia meyakini bahwa PPP masih memiliki banyak kader berkualitas.
“Ada Waketum Amir Uskara, Rusli Efendi, Bang Sandiaga Uno, Bang Haji Syaiful Dasuki (Wamenag era Jokowi), dan Pak Mardiono (Plt Ketum),” tuturnya.
Ia juga mengingatkan para kader agar tidak terpengaruh oleh manuver elite tertentu.
Kritik juga disampaikan kepada Sekjen PPP, Arwani Thomafi, yang menurutnya lebih sibuk membenturkan kader daerah dengan pusat ketimbang membina organisasi.
“Seyogyanya sekjen fokus mensukseskan pelaksanaan Muktamar, bukan malah cawe-cawe untuk kepentingan pribadi,” tegas Dadya.
Besar harapannya disini kader PPP tidak terprovokasi dengan manuver oknum elite DPP dan agenda-agenda pribadinya.
“Biarkan kader memilih pemimpin yang benar-benar kader tulen PPP, bukan orang luar yang hanya ingin menunggangi partai,” tutupnya.(*)