Jabaran.id – SDN RRI Cisalak membuktikan komitmennya dalam pemenuhan hak anak dengan menembus tiga besar Lomba Sekolah Ramah Anak (SRA) tingkat Kota Depok. Prestasi ini istimewa mengingat persaingan yang ketat dari 48 sekolah yang mendaftar. Keberhasilan ini tidak lepas dari implementasi program SRA yang komprehensif dan melibatkan seluruh elemen sekolah.
Kepala SDN RRI Cisalak, Arif Suryadi, memaparkan bahwa program SRA di sekolahnya dibangun atas fondasi yang kuat. SDN RRI Cisalak ada program SRA secara garis besar, yakni tentang pembiasaan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun (5S), lalu menciptakan sekolah bebas rokok dan anti bullying, lingkungan aman dan nyaman, dan inovasi sekolah dalam mendukung Program Sekolah Ramah Anak.

“Konsep 5S ini menjadi budaya sehari-hari yang menciptakan atmosfer positif, sementara komitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dari perundungan dan asap rokok menjadi prioritas utama,” jelas Arif.
Pencapaian SDN RRI Cisalak ini menjadi bukti nyata bahwa Sekolah Ramah Anak adalah sebuah sistem yang terintegrasi. Program ini tidak hanya tentang infrastruktur yang aman, tetapi juga tentang pembentukan karakter, pendampingan psikologis pada fase kritis anak, serta kolaborasi segitiga emas antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.
“Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain di Depok untuk menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar memanusiakan dan memenuhi hak setiap anak,” tutur Arif.
Ketua Forum Kota Layak Anak (Fokla) Kota Depok, Retno Wijayanti saat penilaian viitasi menekankan aspek penting yang sering terlupakan, yaitu pendampingan tumbuh kembang anak, terutama saat memasuki masa pubertas.

“Tim SRA lebih punya kekuatan untuk memenuhi hak anak. Salah satunya tentang tumbuh kembang anak,” ujar Retno.
Retno menerangkan usia kelas VI itu sudah pubertas, persiapan ini dimulai dari kelas IV. Dan itu yang membuat perlunya ada sosialisasi dari awal. Untuk mengantisipasi hal ini, sekolah menyiapkan program khusus seperti keputrian dan keputraan, tentang program tumbuh kembang secara fisik dan emosi yang tentu saja akan ada perubahan yang dirancang untuk membimbing siswa menyongsong masa remaja dengan pemahaman yang benar.
Kabid Pengembangan Kota Layak Anak (KLA) Kota Depok, Ima Halimah mengungkapkan kepesertaan orang tua dengan guru. Peran orang tua terkait dengan pojok literasi, eco enzim, ada juga peran parenting dalam kegiatan di sekolah. Keterlibatan orang tua ini tidak kaku, tetapi disesuaikan dengan potensi yang mereka miliki.
“Jadi menyesuaikan dengan segala potensi orang tua, bisa sebagai pemberi materi tentang parenting, jadi saling mengisi dan mendukung,” jelas Ima. (*)
