HomeTriviaSetahun Menikah Belum Juga Miliki Anak, Cek Saran Praktisi Medis

Setahun Menikah Belum Juga Miliki Anak, Cek Saran Praktisi Medis

Jabaran.id – Setelah menikah, tentu saja banyak pasangan yang mendambakan memiliki keturunan atau anak, dan pada banyak kasus masalah keberlangsungan garis keturunan menjadi masalah dalam kehidupan berumah tangga.

Menurut dr. Dayu Satriani SpPK, masalah infertilitas dapat membawa dampak dalam kehidupan berkeluarga yang mempengaruhi kondisi psikologis maupun sosio-ekonomi dan banyak, di antaranya memerlukan terapi bayi tabung.

Menurut World Health Organization (WHO) jika pasangan belum hamil setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi dapat dikategorikan memiliki masalah infertilitas.

“Hal ini digunakan untuk deteksi dini dan kepentingan terapi pada pasangan yang sulit mendapatkan keturunan,” kata Dayu.

Ia menjelaskan, berdasarkan pada riwayat medis sebelumnya dan tes diagnostik yang menunjang secara klinis, pasangan tersebut dapat diberi rekomendasi terapi sesuai indikasi agar nantinya lebih mudah mendapatkan keturunan.

“Secara demografis istilah infertilitas juga diartikan sebagai ketidakmampuan seorang wanita dalam usia reproduksinya untuk memperoleh kelahiran hidup dalam kurun waktu 5 tahun dalam situasi yang mendukung kehamilan. Pada definisi ini, kelahiran bayi yang hidup menjadi tolak ukur dalam penentuan infertilitas,” jelas Dayu.

Ia juga menjelaskan bahwa kesuburan seorang wanita akan menurun seiring dengan pertambahan usia, namun kasus penurunan kesuburan dapat juga dijumpai pada wanita usia muda karena menurunnya cadangan sel telurnya.

“Deplesi cadangan sel telur tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain usia, kerusakan ovarium, kebiasaan merokok, dan genetik,” papar Dayu.

Dia menerangkan bahwa reproduksi wanita memiliki siklus aktivitas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan sel telur yang diakhiri dengan ovulasi. Menurutnya, jumlah sel telur dalam ovarium akan berhubungan dengan masa reproduksi seorang wanita.

Ia menerangkan, seluruh sel telur mulai dibentuk pada saat janin dalam kandungan pada bulan ke-6 dan ke-9, sehingga semua sel telur yang berpartisipasi dalam siklus reproduksi wanita selama hidupnya akan telah ada di dalam ovarium wanita tersebut
sejak lahir.

“Masuknya suatu sel telur ke kumpulan sel telur yang sedang tumbuh dikatakan sebagai proses rekrutmen (pematangan) sel telur,” terangnya.

“Proses tersebut akan terus berlangsung
sehingga jumlah sel telur akan berkurang secara progresif dan akan berhenti setelah tiba masa menopause,” imbuhnya.

Ia juga menerangkan, penilaian status reproduksi wanita umumnya menggunakan beberapa pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan petanda hormon FSH (Follicle stimulating hormone) dan estrogen, tetapi keduanya kurang dapat menggambarkan cadangan ovarium sehingga dapat dilengkapi dengan pemeriksaan Anti Mullerian Hormon (AMH), merupakan hormon yang berperan dalam diagnosis dan tata laksana kesuburan wanita sehingga pemeriksaan AMH yang akurat, sensitif akan sangat bermanfaat.

“AMH adalah hormon yang memiliki peran fisiologis antara lain dapat mencegah deplesi cadangan sel telur lebih dini,” katanya.

Pada terapi infertilitas pemeriksaan AMH, lanjut Dayu, tidak hanya menggambarkan cadangan sel telur dan jumlah dan kualitas sel telur, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan program bayi tabung [assisted reproduction techniques (ART) atau in vitro fertilization (IVF).

“Pemerikaan AMH dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien dan diperiksakan di laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan AMH,” ujarnya.

Selain bertujuan sebagai pemeriksaan penunjang program kehamilan, Dayu menambahkan, pemeriksaan AMH juga dapat digunakan untuk mendiagnosis Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), pemantauan pada pasien keganasan ovarium dan beberapa kasus lainnya.

“Pengukuran kadar AMH relatif tidak dipengaruhi oleh hormon sistem reproduksi lainnya sehinggga pemeriksaan serum AMH menjadi pilihan yang baik dalam menilai cadangan sel telur wanita,” ucap Dayu.

Pemeriksaan AMH yang banyak digunakan saat ini berbasis immunoassay yaitu menggunakan metode Enzyme Linked Immunoassay (ELISA), Electro Chemiluminescent Immunoassay (ECLIA), dan Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA) pada beberapa laboratorium. (*)

TERBARU

spot_img
spot_img

POPULER

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here