Jabaran.id – Tim dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional atau UPN Veteran Jakarta melakukan penelitian di RSUD RH Satibi, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Penelitian yang dilakukan Maret hingga November 2025 meneliti ‘Hubungan Edukasi Nutrisi dan Asupan Gizi Terhadap Kapasitas Fungsional, Komposisi Tubuh, Fungsi Ginjal dan Kadar Hemoglobin serta Gangguan cemas dan depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis Di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat’.
Penelitian tersebut dilakukan oleh dr. Nugrahayu Widyawardani, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K,. Nurfitri Bustamam, S.Si, M.Kes, MPd.Ked,. dan dibantu mahasiswa Faaza Kristalia Kaban, Aurel Agtafazah serta Paudra Wisnu Kirnanda.
Nugrahayu Widyawardani menjelaskan objek penelitian tersebut mengenai perbedaan pengetahuan dan perilaku pemberian makan subjek pasien gagal ginjal kronis di bangsal hemodialisa, perbaikan nilai Kapasitas Fungsional, Komposisi Tubuh, Hb, Ureum dan Kreatinin, pada subjek kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
“Pelaksanaannya sejak Maret hingga November 2025,” kata Nugrahayu.
Adapun temuan yang ditargetkan tim FK UPN Veteran Jakarta, yakni adanya perubahan pengetahuan, dan perilaku pemberian makan serta kesehatan jiwa, serta perbaikan nilai kapasitas fungsional dan komposisi tubuh, Hb, ureum jiwa serta kreatinin pada subjek PEW pasien PGK.
Menurut Nugrahayu, saat ini masih terjadi masalah gizi di Indonesia yang dapat memengaruhi mutu dan keunggulan SDM, di antaranya adalah malnutrisi pada PGK berupa Protein-Energy Wasting (PEW).
“Prevalensi yang cukup tinggi dari kejadian PEW yang merupakan kondisi malnutrisi yang sering terjadi pada pasien Penyakit ginjal kronik (PGK),” tutur Nugrahayu.
Sedangkan, data global mencapai 30-40 perasn, dan di Indonesia yaitu di RSUP Cipto Mangunkusumo mencapai 10-70 persen.
Kemudian, penelitian lain di RS yang ada di Jabodetabek menemukan bahwa 64 persen pasien PGK memiliki status gizi kurang, dengan 78 persen pasien memiliki asupan energi yang kurang dari kebutuhan, dan 58 persen pasien memiliki asupan protein yang kurang dari kebutuhan.

Prevalensi depresi dan gangguan cemas pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa di Indonesia (Data RSUP Cipto Mangunkusumo dan RSUP Hasan Sadikin) dilaporkan sekitar 30–50 persen.
Namun, data spesifik mengenai prevalensi PEW dan gangguan cemas dan depresi di Jawa Barat terutama Kabupaten Bogor, termasuk wilayah Bogor Timur, masih terbatas.
“Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan mengetahui perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi pada subjek PEW di wilayah kerja rumah sakit di kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor,” terang Nugrahayu.
Nugrahayu menjelaskan, penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia, dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu komplikasi serius yang sering terjadi pada pasien PGK adalah Protein-Energy Wasting (PEW).
“PEW merupakan kondisi malnutrisi yang ditandai dengan kehilangan massa otot dan cadangan energi tubuh akibat penurunan asupan gizi dan perubahan metabolisme yang terkait dengan penyakit ginjal,” terangnya.
Secara global, lanjut Nugrahayu, prevalensi PEW pada pasien PGK dilaporkan mencapai 30–40 persen (Kovesdy et al., 2013).
Di Indonesia, data dari RSUP Cipto Mangunkusumo menunjukkan prevalensi PEW bervariasi antara 10–70 persen, dengan sebagian besar pasien mengalami kekurangan asupan energi dan protein (Himmatul et al., 2019).
Studi lain, kata dia, di RS yang ada di Jabodetabek menemukan bahwa 64 persen pasien PGK memiliki status gizi kurang, dengan 78 persen pasien memiliki asupan energi yang kurang dari kebutuhan, dan 58 persen pasien memiliki asupan protein yang tidak mencukupi (Saragih et al., 2020).
“Kondisi ini semakin meningkatkan risiko komplikasi lain, termasuk penurunan kapasitas fungsional, gangguan imunitas, dan kualitas hidup yang buruk,” papar Nugrahayu.
Selain malnutrisi, pasien PGK juga rentan mengalami gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan. Prevalensi gangguan mental pada pasien PGK, terutama yang menjalani hemodialisis, cukup tinggi, berkisar antara 30–50 persen di beberapa rumah sakit besar di Indonesia, termasuk RSUP Cipto Mangunkusumo dan RSUP Hasan Sadikin (Fadilah et al., 2021).
Nugrahayu menjelaskan, depresi dan kecemasan pada pasien PGK sering kali berkaitan dengan beban psikososial akibat penyakit kronis, perubahan gaya hidup, serta ketidakmampuan fisik yang progresif.
Di sisi lain, intervensi yang melibatkan edukasi gizi dan peningkatan asupan nutrisi telah terbukti memberikan dampak positif terhadap status gizi, kapasitas fungsional, dan kualitas hidup pasien PGK.
Edukasi gizi yang komprehensif dapat meningkatkan kesadaran pasien mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan energi dan protein, sementara intervensi nutrisi yang tepat dapat membantu mencegah atau memperbaiki kondisi PEW.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbaikan status gizi juga dapat berkontribusi pada peningkatan fungsi ginjal, kadar hemoglobin, dan albumin, yang merupakan indikator penting dalam pengelolaan PGK (Ikizler et al., 2014).
Namun, data spesifik mengenai prevalensi PEW, depresi, dan kecemasan pada pasien PGK di Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor, masih terbatas.
Padahal, sambung Nugrahayu, wilayah ini memiliki jumlah pasien PGK yang cukup tinggi, terutama di kawasan Bogor Timur seperti Kecamatan Cileungsi.
“Dengan minimnya data lokal, evaluasi intervensi berupa edukasi gizi dan pemantauan asupan nutrisi terhadap berbagai parameter kesehatan pada pasien PGK di wilayah ini menjadi sangat penting,” ujarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi dan asupan gizi terhadap kapasitas fungsional, komposisi tubuh, fungsi
ginjal, kadar hemoglobin, albumin, serta tingkat gangguan kecemasan dan depresi pada pasien PGK di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.
“Studi ini akan membandingkan kelompok kontrol dan kelompok intervensi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai efektivitas intervensi tersebut dalam pengelolaan PEW dan masalah kesehatan mental pada pasien PGK,” katanya.
Dengan hasil penelitian ini, Nugrahayu mengharapkan tim dapat diperoleh data yang dapat menjadi dasar untuk pengembangan program pengelolaan PGK yang lebih efektif di tingkat lokal, khususnya di Kabupaten Bogor, serta mendukung upaya peningkatan kualitas hidup pasien PGK di Indonesia.
“Bagaimana efektifitas edukasi dan intervensi gizi terhadap perbaikan nilai Hb, albumin, fungsi Ginjal, Kapasitas fungsional dan Komposisi Tubuh serta perbaikan skala cemas dan depresi subyek PEW pada PGK di wilayah kerja kecamatan cileungsi, kabupaten Bogor, Jawa Barat,” Jelasnya.
Adapun tujuan dari penelitian tim ini di antaranya, mendapatkan data karakteristik subjek, PEW pada PGK di wilayah kerja kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2025.
Kemudian, mendapatkan gambaran perbedaan pengetahuan dan perilaku tentang asupan gizi pada subjek sebelum dan sesudah edukasi pada subyek PEW pada PGK di wilayah kerja Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2025.
Selanjutnya, mengetahui pengaruh edukasi dan pemberian makanan standar pada perbaikan nilai Hb, albumin, fungsi Ginjal, Kapasitas fungsional dan Komposisi Tubuh serta perbaikan skala cemas dan depresi subyek PEW pada PGK di wilayah kerja kecamatan cileungsi, kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“Selain itu, mengetahui pengaruh edukasi dan pemberian makanan tambahan (PMT) e-katalog pada perbaikan nilai Hb, albumin, fungsi Ginjal, Kapasitas fungsional dan Komposisi Tubuh serta perbaikan skala cemas dan depresi subyek PEW pada PGK di wilayah kerja kecamatan cileungsi, kabupaten Bogor, Jawa Barat,” beber Nugrahayu.
Dari segi manfaat penelitian, Nugrahayu menambahkan, bagi subjek penelitian meningkatkan pengetahuan subjek terkait dengan kejadian PEW pada PGK, edukasi gizi, serta mengetahui nilai Hb, albumin, fungsi ginjal, kapasitas fungsional dan komposisi tubuh, serta skala cemas dan depresi pada subyek.
“Kemudian bagi institusi pendidikan, untuk menambah referensi mengenai pengaruh edukasi gizi terhadap perubahan kapasitas fungsional, status nutrisi, dan perbaikan komposisi tubuh dan parameter darah pada subyek,” katanya.
Selain itu, bagi daerah dan lembaga kesehatan lainnya dapat menjadi gambaran kondisi aktual gambaran masalah gizi pada penyakit ginjal kroni yang penting untuk dinilai kembali dan diimplementasikan dalam pengendalian faktor risiko dan kebijakan terapi khususnya pemberian intervensi gizi klinik.
“Sedangkan bagi masyarakat peneliti sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang kesehatan masyarakat dan ilmu gizi klinik,” terang Nugrahayu.
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian, sudah berjalan dengan baik, pengambilan data sudah seluruhnya terkumpul dan sudah masuk ke dalam data set untuk siap diolah.
“Besar harapan kami hasil penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan luaran sesuai target,” ucap Nugrahayu.

Dari hasil penelitian tersebut, tim peneliti memberi saran, pertama aalisis data yang mendalam perlu dilakukan analisis multivariat untuk melihat pengaruh simultan edukasi gizi dan asupan nutrisi terhadap berbagai parameter (kapasitas fungsional, komposisi tubuh, Hb, ureum, kreatinin, kecemasan, dan depresi). Hal ini akan memperkuat validitas hasil penelitian.
Kedua, kolaborasi multi disiplin, untuk meningkatkan dampak penelitian, dapat melibatkan psikolog/psikiater dalam penanganan gangguan kecemasan dan depresi serta ahli fisioterapi untuk mendukung perbaikan kapasitas fungsional.
Ia mencontohkan,seperti dokter spesialis gizi klinik / ahli gizi untuk edukasi gizi dan terapi medik gizi untuk mendukung pencegahan terjadi “muscle wasting” ( otot mengecil) yang mengakibatkan kapasitas fungsional semakin cepat menurun.
“Dokter spesialis rehabilitas medik dan fisioterapi untuk mengedukasi bagaimana latihan otot pada setiap bagian tubuh pada pasien dengan kombinasi dengan asupan nutrisi yang optimal pada setiap pasien PGK,” katanya.
Ketiga, luaran praktis bagi Rumah Sakit Hasil penelitian sebaiknya dituangkan dalam bentuk rekomendasi praktis atau modul edukasi gizi yang dapat diimplementasikan di RS yang ada di Kabupaten Bogor.
“Keempat publikasi dan Diseminasi, selain menargetkan jurnal nasional bereputasi, hasil penelitian juga dapat dipublikasikan melalui seminar, workshop, maupun media edukasi elektronik agar manfaatnya dapat lebih luas dirasakan masyarakat dan tenaga kesehatan,” demikian Nugrahayu.