Jabaran.id – Pemerintah China mengumumkan langkah baru untuk menambah utang dalam rangka memulihkan ekonomi nasional yang tengah mengalami perlambatan signifikan. Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan investor global mengenai besaran dan detail paket stimulus yang akan digelontorkan oleh pemerintahan Xi Jinping. Meskipun langkah ini diharapkan mampu meredakan ketidakpastian, minimnya informasi konkret mengenai jumlah dana yang akan dialokasikan menambah kekhawatiran akan efektivitas kebijakan tersebut.
Dalam konferensi pers yang digelar Jumat (12/10/2024), Menteri Keuangan China, Lan Foan, menyampaikan bahwa pemerintah China berkomitmen untuk membantu pemerintah daerah dalam mengatasi masalah utang yang membebani, memberikan subsidi kepada kelompok berpendapatan rendah, mendukung sektor properti yang mengalami stagnasi, serta memperkuat modal bank-bank milik negara. Paket stimulus ini disiapkan untuk mengatasi pelemahan ekonomi China yang kini berada di bawah tekanan deflasi dan anjloknya kepercayaan konsumen, khususnya di sektor properti yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, belakangan ini mengalami tantangan berat. Data ekonomi yang dirilis dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan hasil yang jauh di bawah ekspektasi. Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan ekonom dan investor bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% yang telah ditetapkan oleh pemerintah China untuk tahun 2024 mungkin tidak akan tercapai. Selain itu, para analis juga mewaspadai kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi struktural jangka panjang yang dapat membebani pertumbuhan negara ini dalam beberapa dekade mendatang.
Keputusan pemerintah China untuk menambah utang dianggap sebagai langkah penting guna mencegah penurunan ekonomi lebih lanjut. Namun, kebijakan tersebut belum sepenuhnya meyakinkan pasar. Salah satu alasan utama adalah belum adanya angka konkret yang disampaikan terkait besaran utang tambahan maupun paket stimulus yang akan dialokasikan. Hal ini memicu kegelisahan di kalangan investor yang berharap adanya peta jalan kebijakan yang lebih rinci dan komprehensif.
Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC Singapura, mengomentari bahwa meskipun pemerintah China terlihat bertekad untuk mengatasi perlambatan ekonomi, kurangnya rincian numerik terkait paket stimulus tersebut membuat investor tetap ragu. “Pemerintah China sangat bertekad, tetapi kurang dalam rincian numerik yang dapat memberi kepastian bagi pasar,” kata Menon, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/10/2024).
Ia juga menambahkan bahwa harapan pasar terhadap stimulus fiskal besar yang dapat mendorong reli di pasar saham China tidak terwujud. Ketidakpastian mengenai kapan dan bagaimana stimulus ini akan diluncurkan semakin memperburuk sentimen pasar, yang selama ini menunggu langkah konkret dari Beijing untuk memulihkan kepercayaan investor.
Salah satu aspek utama dari paket stimulus ini adalah upaya untuk membantu pemerintah daerah yang tengah dibebani oleh utang yang besar. Banyak daerah di China yang mengalami kesulitan keuangan, terutama setelah masa pandemi COVID-19 yang membuat mereka terpaksa meningkatkan belanja untuk program kesehatan dan kesejahteraan, namun dengan pemasukan yang terbatas. Pemerintah pusat berkomitmen untuk membantu mereka dalam merestrukturisasi utang serta menyediakan dukungan finansial yang diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan.
Selain itu, dukungan terhadap sektor properti juga menjadi fokus utama pemerintah dalam paket stimulus ini. Pasar properti China, yang selama bertahun-tahun menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi, kini berada dalam kondisi lesu. Harga properti yang menurun dan rendahnya permintaan telah memukul kepercayaan konsumen dan investor, yang pada akhirnya memperlambat laju investasi dan konsumsi domestik. Dengan menyalurkan subsidi kepada kelompok berpendapatan rendah dan memperkuat modal bank-bank negara, diharapkan akan ada peningkatan dalam sektor properti dan sektor perbankan yang mendukungnya.
Namun, meski ada langkah-langkah awal yang diambil, pertanyaan besar masih menghantui investor mengenai kapan dan seberapa besar paket kebijakan tersebut akan diumumkan secara rinci. Pertemuan berikutnya dari badan legislatif China dipandang sebagai momen kunci yang akan menentukan arah kebijakan fiskal ke depan. Hingga saat ini, tanggal pasti pertemuan tersebut belum diumumkan, namun diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa minggu mendatang.
Sementara itu, sejumlah ekonom memprediksi bahwa data ekonomi untuk bulan September yang akan dirilis pekan depan kemungkinan akan menunjukkan pelemahan lebih lanjut. Namun, para pejabat China tetap optimis bahwa target pertumbuhan 2024 sebesar 5% masih bisa tercapai, meskipun tantangan ekonomi yang dihadapi semakin kompleks.
Langkah untuk memperkenalkan stimulus fiskal baru ini telah menjadi bahan spekulasi yang intens di pasar keuangan global sejak pertemuan Politbiro Partai Komunis China pada bulan September. Pertemuan tersebut mengindikasikan adanya rasa urgensi yang meningkat di kalangan para pemimpin tertinggi partai terkait dengan kondisi ekonomi yang kian tertekan. Politbiro menyatakan perlunya kebijakan yang lebih agresif untuk mengatasi perlambatan ekonomi, termasuk langkah-langkah yang lebih efektif dalam menanggulangi deflasi dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
Namun demikian, seperti yang dicatat oleh beberapa analis, sinyal-sinyal tersebut belum diikuti oleh kebijakan yang konkret dan jelas. Investor masih menunggu pengumuman lebih lanjut dari pemerintah mengenai besaran dan rincian paket stimulus yang diharapkan dapat memberikan dampak positif yang nyata terhadap pemulihan ekonomi.
Dalam menghadapi tekanan ekonomi yang semakin besar, pemerintah China telah mengambil langkah penting dengan mengumumkan akan menambah utang untuk mendanai stimulus fiskal. Meskipun demikian, ketidakpastian mengenai besaran dan detail kebijakan ini menambah kekhawatiran di kalangan investor global. Dengan data ekonomi yang terus meleset dari target, Beijing menghadapi tantangan besar untuk menjaga kepercayaan pasar dan mencapai target pertumbuhan yang telah ditetapkan.
Pertemuan badan legislatif yang akan datang serta rilis data ekonomi untuk bulan September akan menjadi momen krusial yang akan menentukan arah kebijakan selanjutnya. Sementara itu, pasar global akan terus memantau setiap perkembangan terkait kebijakan stimulus China untuk melihat bagaimana negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mengatasi tantangan ekonomi yang semakin kompleks. (*)