Jabaran.id – Provinsi Jawa Barat tengah meningkatkan kewaspadaan terhadap dua ancaman bencana alam besar yang dapat berdampak luas pada masyarakat, yaitu bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh musim hujan dan potensi pergerakan sesar Lembang yang berpotensi menyebabkan gempa bumi. Dengan adanya ancaman ini, beberapa wilayah di Jawa Barat menjadi prioritas perhatian pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiagaan bencana.
Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, menjadi salah satu ancaman utama yang harus diwaspadai di musim hujan ini. Daerah-daerah yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana ini antara lain Kabupaten Bandung Barat, Bogor, Sukabumi, serta wilayah selatan Jawa Barat. Curah hujan yang tinggi, topografi yang rawan longsor, serta kerentanan infrastruktur di beberapa daerah tersebut menjadikan mereka sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi.
Puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada November 2024 hingga April 2025, dengan intensitas hujan yang meningkat secara signifikan. Hal ini menambah urgensi bagi pemerintah daerah, terutama di wilayah-wilayah yang berpotensi tinggi terdampak bencana, untuk melakukan berbagai langkah mitigasi. Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan kesadaran masyarakat, penguatan infrastruktur penanggulangan bencana, serta mobilisasi sumber daya yang lebih baik untuk menghadapi potensi banjir dan tanah longsor.
Selain bencana hidrometeorologi, pergerakan sesar Lembang menjadi ancaman serius lainnya yang perlu diwaspadai. Wilayah yang terletak dekat dengan jalur sesar Lembang, termasuk Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi, harus memperhatikan potensi gempa yang dapat terjadi kapan saja. Sesar Lembang dikenal sebagai salah satu sesar aktif di Jawa Barat, dan pergerakannya memiliki potensi merusak yang besar, terutama jika aktivitasnya meningkat.
Menghadapi ancaman ini, pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi, termasuk simulasi evakuasi, penguatan bangunan infrastruktur, serta edukasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah penyelamatan diri dalam situasi darurat gempa.
Sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana tersebut, Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, memimpin Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi dan Penanganan Bencana Gempa Bumi Akibat Sesar Lembang yang digelar di Gedung Sate, Bandung, pada Rabu (30/10). Dalam apel tersebut, Bey menegaskan bahwa seluruh komponen, baik dari pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan, serta masyarakat, harus selalu siaga dalam menghadapi potensi bencana yang ada.
“Apel ini penting untuk memastikan bahwa kita semua telah siap dalam menghadapi berbagai potensi bencana, baik itu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan sesar Lembang maupun bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi di puncak musim hujan nanti,” ujar Bey Machmudin.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Bey juga mengumumkan bahwa pemerintah provinsi telah menyiapkan anggaran sebesar Rp125 miliar yang diambil dari anggaran belanja tidak terduga untuk menangani bencana di wilayah Jawa Barat. Dana ini, menurut Bey, akan digunakan untuk berbagai keperluan darurat, termasuk penanganan korban bencana, pemulihan infrastruktur yang rusak, serta penyediaan logistik untuk daerah terdampak.
Kondisi cuaca yang diprediksi akan mencapai puncak musim hujan bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada Serentak pada November 2024 menjadi perhatian serius pemerintah. Bey Machmudin menekankan bahwa hampir 49% wilayah Jawa Barat akan mengalami intensitas hujan yang tinggi pada saat pilkada berlangsung. Hal ini memerlukan langkah antisipatif dan kesiapan darurat untuk menghadapi kemungkinan bencana yang dapat mengganggu jalannya proses pemilihan.
“Kita harus siap dengan segala kemungkinan. Di saat kita menggelar Pilkada Serentak, hampir separuh wilayah Jawa Barat akan berada pada puncak musim hujan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan langkah-langkah mitigasi bencana agar proses demokrasi bisa berjalan lancar tanpa terganggu oleh bencana alam,” tambahnya.
Untuk memastikan kesiapsiagaan di seluruh wilayah Jawa Barat, BPBD provinsi akan terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, instansi terkait, serta relawan. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sinergi dalam menghadapi situasi darurat bencana dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan, baik dari bencana hidrometeorologi maupun gempa bumi.
Pemerintah provinsi juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti instruksi dari pemerintah daerah, terutama dalam hal evakuasi dan tindakan darurat. Dengan upaya bersama, diharapkan masyarakat Jawa Barat dapat menghadapi potensi bencana dengan lebih baik, serta meminimalisir dampak yang bisa ditimbulkan.
Jawa Barat, sebagai provinsi dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi, terus meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi dan sesar Lembang. Melalui koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, BPBD, relawan, dan masyarakat, serta alokasi anggaran yang cukup, diharapkan penanganan bencana dapat dilakukan secara efektif. Dengan langkah-langkah antisipatif yang telah disiapkan, pemerintah Jawa Barat optimis dapat meminimalisir dampak bencana dan menjaga keselamatan masyarakat, terutama menjelang pelaksanaan Pilkada Serentak yang bertepatan dengan puncak musim hujan. (*)