Jabaran.id – Saitama mungkin menjadi hero terkuat di semesta One Punch Man, tetapi justru menjadi yang paling tidak diakui. Meski mampu mengalahkan musuh terkuat hanya dengan satu pukulan, namanya nyaris tak disebut-sebut di kalangan masyarakat atau bahkan sesama hero. Mengapa bisa terjadi paradoks seperti ini? Berikut 5 alasan utamanya.
1. Penampilannya Terlalu Biasa untuk Seorang Hero
Di dunia yang penuh dengan hero flamboyan seperti Genos dengan tubuh cyborg-nya atau Amai Mask yang selalu tampil sempurna, Saitama justru terlihat terlalu polos. Kepala plontos, jubah kuning sederhana, dan ekspresi datarnya membuatnya sering disangka sebagai warga biasa atau bahkan hero palsu.
Padahal, justru kesederhanaan ini adalah bagian dari pesan satire One Punch Man terhadap stereotip hero konvensional. Sayangnya, masyarakat dalam cerita lebih tertarik pada penampilan spektakuler daripada kekuatan sebenarnya.
2. Aksi Heroiknya Jarang Ada Saksi Mata
Kebanyakan pertarungan Saitama terjadi di tempat sepi atau tanpa saksi. Berbeda dengan hero lain yang sengaja mencari sorotan, Saitama bertindak alami tanpa memikirkan popularitas.
Contoh paling jelas adalah pertarungan melawan Deep Sea King. Saat ia akhirnya muncul di depan publik, aksinya malah dianggap “hanya menghabisi musuh yang sudah lemah”. Padahal, Saitama sengaja menahan kekuatannya agar tidak merusak kota—sebuah ironi yang justru merugikan reputasinya.
3. King “Mencuri” Reputasinya Tanpa Sengaja
Hubungan Saitama dan King adalah salah satu ironi terbesar dalam cerita. King, yang dijuluki “Hero Terkuat di Bumi”, sebenarnya hanya mengambil kredit dari pencapaian Saitama.
Misalnya saat Saitama mengalahkan Octopus Claw Man, King yang kebetulan ada di lokasi malah dianggap sebagai pahlawannya. Masyarakat pun memujanya, sementara Saitama tetap tidak dikenal. Uniknya, Saitama sendiri tidak mempermasalahkan hal ini dan malah senang berteman dengan King.
4. Gagal di Ujian Tulis Hero Association
Awal masalah Saitama dimulai saat ujian masuk Hero Association. Meski fisiknya jauh melampaui semua peserta, ia gagal di bagian tulis. Akibatnya, ia hanya masuk kelas C—ranking terendah untuk seorang hero.
Ini membuatnya sulit mendapatkan misi besar atau perhatian media. Sementara hero kelas S seperti Tornado of Terror langsung mendapat sorotan, Saitama harus berjuang dari bawah meski kekuatannya sebenarnya tak tertandingi.
5. Sistem Hero Lebih Mementingkan Citra Daripada Kekuatan Nyata
One Punch Man menyindir keras bagaimana sistem ranking hero sering kali lebih mementingkan popularitas dan penampilan daripada kemampuan sebenarnya.
Contohnya, Sweet Mask bisa tetap di kelas A hanya karena ia “lebih fotogenik” untuk mewakili asosiasi hero. Sementara Saitama, meski sudah berkali-kali menyelamatkan kota, tetap dianggap remeh karena ranking rendah dan penampilannya yang biasa.