Jabaran.id – Kota Depok, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, sering mendapat julukan sebagai “Kota Petir.” Julukan ini muncul karena wilayah Depok sering kali menjadi area terjadinya petir yang intens, terutama karena lokasinya yang berada di antara Bogor dan Jakarta, serta berdekatan dengan pegunungan. Posisi geografis ini menjadikan Depok sebagai daerah transisi yang memungkinkan terbentuknya cuaca ekstrem, termasuk badai petir besar.
Sebagai salah satu kota yang mengalami aktivitas petir cukup sering di Indonesia, tidak heran jika Depok sering diasosiasikan dengan fenomena petir. Meski begitu, Depok belum dinobatkan sebagai ibu kota petir dunia. Predikat tersebut justru dimiliki oleh Danau Maracaibo di Venezuela, sebuah wilayah yang dikenal sebagai pusat badai petir paling intens dan konsisten di dunia.
Danau Maracaibo terletak di mulut Sungai Catatumbo, Venezuela, dan merupakan salah satu tempat paling menarik perhatian ilmuwan, peneliti, dan wisatawan. Di sini, fenomena petir terjadi dengan frekuensi yang sangat tinggi, yang membuatnya mendapatkan gelar sebagai ibu kota petir dunia. Petir Catatumbo, nama yang sering diberikan untuk fenomena ini, bukan sekadar badai petir biasa.
Fenomena ini terjadi sekitar 140 hingga 160 malam per tahun, berlangsung selama sekitar 10 jam setiap malam, dengan intensitas mencapai hingga 280 kilatan per jam. Kilatan petir ini berasal dari awan badai yang terbentuk di atas pegunungan yang mengelilingi Danau Maracaibo dan Sungai Catatumbo. Proses terbentuknya petir ini sangat kompleks, melibatkan angin lembab dari Laut Karibia yang bertemu dengan udara dingin dari pegunungan, sehingga menghasilkan konveksi intens yang memicu badai petir berulang.
Keunikan petir Catatumbo ini terletak pada frekuensinya yang sangat tinggi dan konsisten, jauh melebihi daerah lain yang juga terkenal dengan aktivitas petirnya. Bahkan jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah di Afrika Tengah, yang juga dikenal sebagai salah satu kawasan dengan frekuensi petir yang tinggi, seperti di sekitar Danau Victoria dan daerah tropis lainnya, Petir Catatumbo di Venezuela masih mencatat jumlah sambaran petir yang lebih besar.
Menurut laporan dari SKYbrary, fenomena Petir Catatumbo dipicu oleh apa yang disebut sebagai **nocturnal low-level jet (NLLJ)**. Ini adalah arus angin pada lapisan bawah atmosfer yang bergerak saat matahari terbenam. Arus ini membawa udara lembab dari Karibia yang kemudian bertabrakan dengan pegunungan Andes, Perijá, dan Cordillera Mérida. Tabrakan tersebut menghasilkan badai petir yang dapat berlangsung sepanjang malam, hampir setiap malam dalam setahun.
Fenomena ini sempat mengalami gangguan pada tahun 2010 ketika kekeringan ekstrem melanda Venezuela. Pada masa itu, petir Catatumbo menghilang selama beberapa bulan, menimbulkan kekhawatiran bahwa fenomena ini mungkin lenyap secara permanen. Namun, begitu kondisi iklim kembali normal, petir kembali muncul dengan intensitas yang sama seperti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa petir Catatumbo sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan, terutama terkait perubahan iklim.
Petir Catatumbo juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu dampaknya adalah gangguan operasional pada bandara di sekitarnya, seperti Bandara Miguel Urdaneta Fernández, karena intensitas kilatan yang sangat terang. Bahkan, kilatan petir ini sering kali terlihat hingga ratusan kilometer jauhnya, menjadikannya pemandangan spektakuler yang bisa dinikmati dari kejauhan.
Selain itu, kilatan petir yang terjadi di sekitar Danau Maracaibo ini juga membantu produksi ozon alami di atmosfer. Ozon ini terbentuk ketika petir memecah molekul oksigen dan nitrogen di udara, yang kemudian bereaksi membentuk ozon. Dengan demikian, fenomena ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan atmosfer di sekitar wilayah tersebut.
Menurut laporan dari BBC Global, “Relámpago del Catatumbo”—julukan lokal untuk petir Catatumbo—terjadi karena pertemuan sempurna antara udara hangat yang bergerak dari Laut Karibia dengan udara dingin dari pegunungan di sekitarnya. Kombinasi ini menciptakan kondisi ideal bagi terbentuknya badai petir berskala besar, menjadikannya salah satu fenomena cuaca paling unik dan spektakuler di dunia.
Dengan segala keunikan dan kekuatan alam yang dimilikinya, Petir Catatumbo di Danau Maracaibo tidak hanya menjadi fenomena cuaca yang menakjubkan secara visual, tetapi juga penting untuk dipelajari dalam konteks meteorologi dan dampak lingkungan. Meski Depok dikenal sebagai kota petir di Indonesia, fenomena petir di Maracaibo, Venezuela, jauh lebih intens dan konsisten, menjadikannya ibu kota petir dunia yang diakui secara ilmiah. Fenomena ini terus menarik perhatian ilmuwan dan wisatawan, serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang cuaca ekstrem dan perubahan iklim. (*)