Jabaran.id – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) jenjang pendidikan SMP tingkat Kota Depok telah sukses digelar di SMPN 1 Depok. Acara yang berlangsung meriah ini mempertemukan 341 siswa dari 46 SMP negeri dan swasta yang bersaing dalam berbagai mata lomba yang bertujuan untuk mempromosikan bahasa dan budaya Sunda.
Ketua FTBI SMP Kota Depok, Ryan Rubby Pasha, menyampaikan bahwa mata lomba yang digelar meliputi Pupuh, Biantara, Ngadongeng, Maca Sajak, Nulis Carpon, Nulis Aksara Sunda, dan Borangan.
“Salah satu mata lomba yang paling menantang adalah Nulis Carpon, karena semua peserta diberikan temanya pada saat perlombaan. Jika siswa memiliki kosakata yang terbatas, tentu menjadi sulit,” jelas Ryan.
Festival ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga merupakan upaya penting dalam menjaga dan melestarikan bahasa serta budaya Sunda di kalangan generasi muda. FTBI yang telah berlangsung selama dua tahun ini sebelumnya hanya diadakan hingga tingkat Provinsi Jawa Barat, namun kini telah berkembang hingga ke tingkat nasional.
“Tahun lalu ada siswa dari jenjang pendidikan SD yang berhasil mencapai FTBI tingkat nasional. Semoga di tahun ini ada siswa dari jenjang SMP yang bisa mengikuti jejak tersebut,” harap Ryan.
Ryan juga menyoroti bahwa Depok berada di fase D, yang berarti bukan pengguna bahasa Sunda aktif dalam kesehariannya. Meskipun demikian, Ryan tetap optimis bahwa siswa-siswa dari Depok mampu mencapai tingkat nasional.
“Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kita bisa menjadi juara. Jadi, kita tetap optimis bisa sampai tingkat nasional,” tambahnya.
Ryan menuturkan, FTBI ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga merupakan kesempatan bagi para siswa untuk mengenal dan menghargai budaya Sunda lebih dalam. Dengan diadakannya lomba seperti Nulis Aksara Sunda dan Borangan, siswa diajak untuk tidak hanya belajar bahasa Sunda secara teori, tetapi juga mempraktikkannya dalam berbagai bentuk seni dan sastra.
“Dengan semangat dan antusiasme yang tinggi dari para peserta, Festival Tunas Bahasa Ibu diharapkan dapat terus berlanjut dan berkembang, menjadi salah satu pilar penting dalam pelestarian bahasa dan budaya Sunda di kalangan generasi muda. Ajang ini juga diharapkan dapat memupuk rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya lokal, sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi,” katanya. (*)