Jabaran.id – Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu destinasi wisata alam paling ikonik di Jawa Barat. Terletak di perbatasan Kabupaten Subang (Kecamatan Sagalaherang) dan Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan Lembang), gunung ini menawarkan pemandangan spektakuler dengan hamparan kawah vulkanik yang memukau. Nama “Tangkuban Perahu” sendiri berasal dari bentuk gunung yang menyerupai perahu terbalik jika dilihat dari arah selatan.
Selain keindahan alamnya, gunung ini juga menyimpan kisah legendaris yang melekat dalam budaya masyarakat Sunda, yakni cerita Sangkuriang. Namun, di balik mitos tersebut, terdapat fakta geologis yang menjelaskan proses terbentuknya gunung ini secara ilmiah. Berikut ulasan lengkap mengenai sejarah, legenda, dan pembentukan Gunung Tangkuban Perahu.
Legenda Sangkuriang: Asal-Usul Gunung Tangkuban Perahu dalam Cerita Rakyat
Menurut legenda yang diceritakan turun-temurun, asal-usul Gunung Tangkuban Perahu berkaitan erat dengan kisah cinta terlarang antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Alkisah, seorang putri cantik bernama Dayang Sumbi (Rarasati) memilih hidup menyendiri di sebuah bukit bersama anjing kesayangannya, Si Tumang. Suatu hari, ketika benang jahitannya terjatuh, ia bersumpah bahwa siapa pun yang mengambilkannya—jika laki-laki—akan dinikahinya.
Ternyata, Si Tumang-lah yang mengembalikan benang tersebut. Dayang Sumbi pun menikahinya dan melahirkan seorang anak bernama Sangkuriang. Ketika remaja, Sangkuriang tanpa sengaja membunuh Si Tumang dalam sebuah perburuan. Saat Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati Si Tumang, ia murka dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka.
Sangkuriang yang sakit hati memilih mengembara. Bertahun-tahun kemudian, ia kembali ke kampung halamannya tanpa menyadari bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya. Keduanya pun jatuh cinta. Namun, Dayang Sumbi kemudian mengenali Sangkuriang dari bekas luka di kepalanya. Untuk menggagalkan pernikahan, Dayang Sumbi mengajukan syarat: Sangkuriang harus membangun perahu dan danau dalam semalam dengan membendung Sungai Citarum.
Dengan bantuan makhluk gaib (guriang), Sangkuriang hampir menyelesaikan tugasnya. Namun, Dayang Sumbi memohon kepada Sang Pencipta agar fajar datang lebih cepat. Ketika Sangkuriang menyadari usahanya gagal, ia mengamuk dan menendang perahu yang belum selesai hingga terbalik. Perahu itulah yang kemudian berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Legenda ini bukan sekadar dongeng, melainkan mengandung nilai filosofis dan kearifan lokal masyarakat Sunda dalam menafsirkan fenomena alam.
Pembentukan Gunung Tangkuban Perahu dari Perspektif Geologi
Menurut Prof. Nana Sulaksana, Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), legenda Sangkuriang memiliki korelasi dengan sejarah geologi Gunung Sunda Purba, yang menjadi cikal bakal terbentuknya Tangkuban Perahu.
Sekitar 200.000 tahun lalu, Gunung Sunda Purba merupakan gunung raksasa dengan ketinggian sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut dan diameter dasar mencapai 20 kilometer. Gunung ini kemudian mengalami letusan dahsyat yang mengeluarkan material vulkanik kaya silika (lebih dari 70%), sehingga warnanya tampak putih pucat.
Sekitar 100.000 tahun lalu, Gunung Sunda Purba meletus lagi dengan kekuatan luar biasa, menghancurkan dua pertiga tubuhnya dan menyisakan kaldera seluas 6 x 7 kilometer. Material vulkanik yang terlempar kemudian membendung Sungai Citarum Purba di daerah Padalarang, membentuk Danau Bandung Purba.
Sekitar 90.000 tahun lalu, aktivitas vulkanik di dasar kaldera memunculkan lava yang perlahan membentuk gunung baru. Letusannya berpindah-pindah, membentuk beberapa kawah dan mengubah puncaknya menjadi datar, menyerupai perahu terbalik. Inilah yang kini dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.
Keunikan dan Daya Tarik Wisata Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Perahu memiliki 13 kawah aktif, dengan tiga di antaranya paling populer dikunjungi wisatawan:
1. Kawah Ratu – Kawah terbesar dengan diameter sekitar 1.000 meter dan kedalaman 400 meter, mengeluarkan belerang dan uap vulkanik.
2. Kawah Upas – Terletak di sebelah Kawah Ratu, memiliki dinding terjal dan sering ditutupi kabut.
3. Kawah Domas – Unik karena pengunjung bisa merebus telur atau ubi di sumber air panasnya.
Selain menikmati pemandangan kawah, pengunjung juga bisa menjelajahi hutan pinus, berbelanja oleh-oleh khas Lembang, atau mengunjungi objek wisata terdekat seperti Tebing Keraton dan Floating Market Lembang.
Gunung Tangkuban Perahu adalah contoh menarik bagaimana mitos dan sains dapat saling melengkapi. Legenda Sangkuriang mencerminkan kearifan lokal dalam menafsirkan fenomena alam, sementara penelitian geologi membuktikan bahwa gunung ini adalah hasil dari proses vulkanik yang panjang.
Dengan keindahan alamnya yang memukau dan nilai sejarah yang kaya, tidak heran jika Tangkuban Perahu tetap menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Jawa Barat. Bagi yang ingin menikmati pemandangan vulkanik sekaligus merasakan nuansa mistis legenda Sunda, gunung ini adalah pilihan yang sempurna. (*)