Jabaran.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat kejutan dengan memposting permintaan maaf terbuka kepada masyarakat melalui akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71 pada Jumat (28/3/2025). Unggahan yang disertai video pendek berlatar pemandangan sawah khas pedesaan Jawa Barat ini muncul tepat beberapa hari sebelum perayaan Idulfitri 1446 H yang diprediksi jatuh pada Senin (31/3/2025).
Dalam caption singkat namun penuh makna, Dedi menulis: “Mohon maaf apabila langkah saya mengecewakan banyak pihak. Hatur nuhun.” Kalimat sederhana ini langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet dan pengamat politik.
Video berdurasi tiga menit tersebut menunjukkan Gubernur yang dikenal dekat dengan budaya Sunda ini tampil dengan kaus putih dan ikat kepala khasnya. Dengan gaya bicara yang khas, Dedi membuka pesannya: “Wilujeng enjing, assalamualaikum, sampurasun wargi Jabar. Wilujeng salamet semuanya.”
Momen permintaan maaf ini dinilai sangat tepat mengingat tradisi saling memaafkan yang mengiringi perayaan Lebaran. Beberapa pengamat menilai ini merupakan langkah politis sekaligus budaya yang cerdas dari Dedi Mulyadi.
“Ini menunjukkan kepekaan seorang pemimpin terhadap nilai-nilai tradisi masyarakatnya,” ujar Dr. Asep Kurnia, pakar komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran.
Dalam video tersebut, Dedi tidak hanya meminta maaf tetapi juga memberikan berbagai imbauan penting terkait mudik Lebaran. Ia mengingatkan para pemudik untuk berhati-hati dalam perjalanan.
“Arus lalu lintas akan sangat padat, jadi jangan lupa beristirahat yang cukup agar tetap aman dan bugar,” pesannya.
Yang menarik, Gubernur juga mengumumkan kebijakan khusus untuk mengantisipasi kemacetan selama periode mudik.
“Kami memutuskan untuk membebaskan angkutan kota dari operasi selama musim libur Lebaran. Kebijakan ini bertujuan mengurangi kemacetan yang biasanya disebabkan oleh angkot yang ngetem,” jelas Dedi.
Kebijakan ini ternyata telah dipersiapkan dengan matang. Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memberikan kompensasi kepada para sopir angkot selama masa liburan tersebut.
“Dengan demikian, para sopir bisa beristirahat dengan tenang tanpa khawatir kehilangan penghasilan,” tambah Dedi.
Data dari Dinas Perhubungan Jawa Barat menunjukkan bahwa pada puncak arus mudik tahun lalu, kemacetan terparah terjadi di beberapa titik seperti Tol Cipularang dan jalur Pantura. Sekitar 60% kemacetan tersebut disebabkan oleh angkutan umum yang berhenti sembarangan.
Menanggapi kebijakan ini, Ketua Organda Jawa Barat Deden Supriyatna menyambut positif. “Ini solusi yang sangat manusiawi. Sopir dapat beristirahat, masyarakat dapat perjalanan yang lancar, dan kemacetan bisa dikurangi,” ujarnya.
Namun tidak semua respons positif. Beberapa kalangan mempertanyakan sumber dana untuk kompensasi tersebut.
“Kami ingin transparansi dalam penggunaan anggaran untuk program ini. Jangan sampai justru membebani APBD,” kata aktivis pemerhati transportasi, Ahmad Faisal.
Selain masalah transportasi, Dedi juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga kesehatan selama perjalanan mudik dan tetap mematuhi protokol keselamatan berkendara. Pemerintah Provinsi telah menyiapkan posko-posko darurat di 25 titik rest area strategis untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan selama arus mudik dan arus balik.
Di sisi ekonomi, momentum mudik tahun ini diprediksi akan memberikan dampak positif. Kepala Dinas Perindustrian Jawa Barat Taufik Hidayat memperkirakan perputaran uang selama periode mudik di Jawa Barat bisa mencapai Rp20 triliun.
Dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berharap arus mudik tahun ini bisa berjalan lebih lancar dan aman dibanding tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat pun diharapkan bisa merayakan Idulfitri dengan tenang bersama keluarga di kampung halaman masing-masing. (*)