Penulis : Asep Yana Yusyama
Jabaran.id – Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tim dosen Kelompok Bidang Keahlian bahasa Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta ( PNJ ) telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Penerapan Iptek Berbasis Kelompok Bidang Keahlian (PPIKBK) sejak bulan Agustus-Oktober 2024. Gerakan literasi ini bertujuan untuk memberantas buta aksara di daerah Citasuk kabupaten Serang-Banten. Kegiatan ini juga diharapkan dapat berperan membantu pendidikan di Indonesia, terutama di daerah terpencil. Target utama dari program tersebut ialah anak usia sekolah SD-SMP agar terpacu untuk rajin membaca.
Gerakan literasi juga meliputi program pembelajaran membaca dan menulis bagi lansia yang belum mampu membaca. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka buta aksara di Indonesia masih mencapai sekitar 2,4 juta jiwa, sebagian besar berada di daerah pedesaan. Sehingga program pengabdian iniDengan melibatkan masyarakat setempat, program ini dirancang untuk memberikan akses pendidikan yang lebih luas dan inklusif.
Ketua Pelaksana kegitan, Asep, menjelaskan, “Gerakan ini tidak hanya sekadar mengajarkan baca tulis saja, akan tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Sudah saatnya mayarakat di pedesaan memiliki kegemaran terhadap membaca dan menulis, karena untuk menjadi negeri maju berawal dari masyarakat yang sudah siap SDM-nya, salah satunya Tingkat literasi harus ditingkatkan,” ujarnya.
Kegiatan pengajaran untuk anak usia sekolah dan lansia dilaksanakan secara berkala di lokasi pengabdian. Adapun pihak yang terlibat untuk pengajaran ini ialah dosen dan mahasiswa dari jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta. Lokasi pengajaran dilakukan di balai desa, sekolah, dan pusat belajar masyarakat. Selain pengajaran dasar, program ini juga menyediakan hibah buku dari tim dosen untuk perpustakaan masyarakat. Adpun buku-buku yang disumbangkan ialah buku bacaan anak usia sekolah. Buku yang dihibahkan juga bervariatif, mulai dari cerita Dongen (cerita rakyat), bcaan pelajara, buku umum lainnya.
Salah satu peserta pelatihan literasi, Abdul Malik (9), mengungkapkan, “Saya senang bisa membaca buku-buku baru, kemudian diceritain juga dongeng oleh kakak kakak kakak mahasiswa. Dulu, saya tidak terlalu senang membaca, tetapi setelah membaca buku-buku baru dari sumbangan ini saya menjadi suka membca,” ungkapnya.
Gerakan literasi ini juga didukung oleh teknologi digital. Dalam beberapa sesi, peserta diajarkan menggunakan aplikasi dan platform online untuk meningkatkan keterampilan membaca peserta misalnya masyarakat dikenalkan dengan i-pusnas platform resmi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hal ini dianggap penting untuk memperkenalan berbagai buku digital (e-book) untuk menunjang informasi tambahan.
Pemerintah setempat juga sangat mendukung kegiatan ini karena dapat emmbantu meringankan beban pemerintah dalam rangka menuntaskan pemberantasan buta aksara, khususnya di daerah pedesaan. Harapannya ke depan program ini terus berjalan, artinya tidak berhenti tahun ini, akan dilanjutkan pada tahun berikutnya, kalau bisa sampai merambah daerah lainnya.
Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perangkat desa beserta dinas pendidikan setempat, senantiasa mendukung semangat gerakan literasi ini, serta diharapkan dapat menciptakan generasi yang mampu berdaya saing, serta membantu mewujudkan visi Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Melalui pemberantasan buta aksara, harapan akan masa depan yang lebih cerah bagi seluruh masyarakat Indonesia semakin mendekat. (*)