HomeNewsInternasionalDampak Agresi Militer Israel di Gaza : 4.500 Kasus Amputasi, 800 Diantaranya...

Dampak Agresi Militer Israel di Gaza : 4.500 Kasus Amputasi, 800 Diantaranya Anak-anak

Jabaran.id – Situasi kemanusiaan di Gaza semakin mengkhawatirkan seiring dengan terus berlanjutnya agresi militer Israel. Dr. Munir Al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan bahwa rumah sakit di wilayah tersebut kini berada dalam kondisi kritis akibat kekurangan pasokan medis yang parah. Sekitar 80% pasien tidak memiliki akses ke obat-obatan penting, sementara ribuan korban, termasuk anak-anak dan perempuan, terpaksa menjalani amputasi tanpa perawatan yang memadai.

Dalam wawancara eksklusif dengan Kantor Berita Sama, Al-Bursh menyatakan bahwa sektor kesehatan Gaza mengalami kemunduran dramatis.

“Kami kehabisan stok obat-obatan dasar, peralatan medis, dan bahkan listrik untuk menjalankan mesin-mesin penyelamat nyawa. Kematian bisa terjadi kapan saja karena ketiadaan sumber daya,” tegasnya.

Data terbaru menunjukkan, setidaknya 4.500 kasus amputasi telah terjadi, dengan 800 di antaranya menimpa anak-anak dan 540 lainnya dialami perempuan.

- Advertisement -

Al-Bursh menegaskan bahwa Israel secara sistematis menargetkan infrastruktur medis Gaza, mulai dari rumah sakit hingga pusat kesehatan darurat.

“Pasokan obat terhambat, rumah sakit lapangan diblokade, dan tim medis kesulitan bekerja di tengah serangan udara yang terus-menerus,” ujarnya.

Kondisi ini diperparah dengan gelombang korban baru yang terus berdatangan ke unit gawat darurat, ruang operasi, dan ruang intensif akibat serangan militer terbaru Israel.

Pada dini hari Selasa (18/03/25), Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza, mengakhiri gencatan senjata yang sebelumnya dibangun melalui mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 700 warga sipil Palestina hanya dalam hitungan hari.

Tingginya angka amputasi menjadi indikator betapa buruknya situasi di Gaza. Banyak korban luka berat tidak mendapat penanganan tepat waktu karena rumah sakit sudah kelebihan kapasitas dan kekurangan peralatan.

“Kami terpaksa melakukan amputasi karena infeksi yang tak tertangani atau kurangnya peralatan bedah yang steril,” jelas Al-Bursh.

Selain itu, wabah penyakit mulai merebak akibat minimnya akses air bersih, sanitasi, dan vaksin. Risiko epidemi seperti kolera dan hepatitis semakin tinggi, sementara sistem kesehatan Gaza nyaris lumpuh total.

Al-Bursh mendesak komunitas internasional untuk segera turun tangan. “Ini bukan lagi sekadar konflik politik, melainkan bencana kemanusiaan yang membutuhkan respons global,” tegasnya. Ia meminta dibukanya akses bantuan medis darurat, termasuk obat-obatan, generator listrik, dan tim medis internasional.

Sementara itu, PBB dan beberapa LSM kemanusiaan telah menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi di Gaza. Namun, hingga kini, blokade yang diberlakukan Israel masih menjadi penghalang utama distribusi bantuan.

Dengan terus berlanjutnya serangan dan blokade, masa depan Gaza semakin tidak menentu. Ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal, anak-anak kehilangan akses pendidikan, dan yang paling mengerikan—nyawa manusia terus melayang setiap hari tanpa kepastian kapan semua ini akan berakhir.

Krisis kesehatan di Gaza bukan hanya tanggung jawab Palestina atau Israel, melainkan ujian bagi kemanusiaan global. Jika tidak ada tindakan nyata, jumlah korban jiwa dan penderitaan warga sipil akan terus bertambah, meninggalkan luka yang mungkin tak pernah sembuh bagi generasi mendatang. (*)

TERBARU

spot_img

POPULER

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here